Pola parang dan lereng adalah pola batik geometris berupa pola garis miring dengan kemiringan 45°. Perbedaan prinsip pola parang dan lereng adalah pada ragam hias penyusunnya, untuk pola parang selalu mengandug ragam hias mlinjon, sedangkan untuk pola lereng tidak ada ragam hias mlinjon.
Parang Barong
Pola Parang Barong merupakan salah satu cikal bakal berkembangnya pola parang-parang lainnya. Pola Parang Barong muncul kurang lebih pada abad ke XVI atau sebelum bardirinya kerajaan Mataram Kartosuro. Kata Parang merupakan perubahan dari kata “pereng” atau tebing, yang juga disebut “lereng”.
Karena penciptanya adalah raja pendiri kerajaan Mataram maka di lingkungan keraton pola parang tersebut hanya diperkenankan dipakai oleh raja dan keturunannya, sehingga disebut dengan “Batik Larangan”, untuk lingkungan keraton, motif ini tidak boleh dipakai oleh orang kebanyakan selain Raja dan keturunannya.
Parang Barong biasa dikenakan oleh Sultan/ Raja sebagai kain kebesaran yang bermakna kekuasaan serta kewibawaan seorang raja.
Pola Parang Barong merupakan modifikasi dari pola Parang Rusak dengan ukuran motif utama berukuran 12-15 cm dengan penataan menerapkan ragam mlinjon berasal dari kata mlinjo (tanaman mlinjo) merupakan simbol merakyat. Selain itu ujung ragam hias utamanya terdapat ragam hias “uceng”, yang merupakan ragam hias “uceng” yaitu sliliran dari bunga mlinjo.
Parang Golang Galing seling Sisik
Golang Galing berasal dari kata kolang kaling adalah buah aren jenis palma. Motif ini termasuk dalam pola lereng yang merupakan perwujudan rasa syukur atas kesuburan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk kehidupan manusia. Pohon Aren adalah salah satu pohon yang semua bagian dari akar sampai daun termasuk getahnya dapat dimanfaatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas perhatiannya, komentar anda akan menjadi masukan kami untuk pengembangan blog ini.